Peran
Penduduk Lansia
Bagi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Bagi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Indikator
pembangunan merupakan suatu alat ukur bagi negara dalam pencapaian pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat serta dapat menjadi pembanding bagi negara – negara
lain. Untuk mencapai tujuan pembangunan manusia perlu adanya pendekatan dalam
pengukuran tingkat keberhasilan tersebut dengan menggunakan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP)
sejak tahun 1990. Indeks Pembangunan Manusia dihitung dari tiga komponen yang
digunakan yaitu angka usia harapan hidup, angka melek huruf penduduk yang
berada di usia 15 tahun keatas dan rata – rata lama bersekolah, serta kemampuan
daya beli yang dilihat dari pengeluaran perkapita yang mewakili pencapaian
pembangunan yang layak. Menurut Komnas Lansia (2010), peningkatan usia harapan
hidup disebabkan oleh keberhasilan pembangunan terutama dalam bidang kesehatan
sehingga penduduk lanjut usia semakin meningkat.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 248 juta jiwa. Hal ini
menjadikan Indonesia berada di peringkat ke–4 dunia setelah China, India dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2005, penduduk yang berumur 60 tahun keatas
mencapai angka 16,80 juta orang. Mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi
18,96 juta jiwa serta di tahun 2009 angka ini semakin naik dan menjadi 19,32
juta jiwa. Berdasarkan dari hal ini bahwa terjadi peningkatan sebesar 8,3 %
dari jumlah keseluruhan penduduk yang berada di Indonesia (Komnas lansia, 2010).
Angka usia harapan hidup penduduk lansia Indonesia mempunyai rata – rata di
usia 72 tahun sampai 80 tahun. Berdasarkan dari sensus penduduk 2010,
diperkirakan pada tahun 2020 penduduk lanjut usia akan terdapat 28,8 juta
penduduk dari total penduduk di Indonesia. Adanya peningkatan jumlah penduduk
lansia maka pemenuhan kebutuhan hidupnya akan bergantung pada penduduk lain.
Hal ini apabila terjadi secara lanjut maka beban penduduk usia produktif akan
semakin besar dimana rasio ketergantungan berasal dari perbandingan antar
penduduk usia produktif dengan penduduk usia non produktif yang termasuk
lansia. Jika kondisi ini tidak diperhatikan maka akan terjadi ledakan penduduk
lansia yang dapat menyebabkan tingkat beban tanggungan menjadi terus meningkat
tidak hanya bagi masyarakat namun juga pemerintah.
Banyak
orang – orang yang memiliki perspektif negatif terhadap penduduk lansia karena
mereka sudah tidak lagi dapat menghasilkan pengahasilan. Hal ini disebabkan
oleh usia mereka mulai tergolong usia yang tidak produktif. Selain itu dapat
membuat jumlah pengangguran penduduk lansia akan semakin tinggi akan
menyebabkan sumber daya manusia yang langka karena pembuka lapangan pekerjaan
tidak mendapatkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan kerja. Pertambahan
penduduk lansia membuat beban tanggungan bagi penduduk produktif semakin
meningkat. Dari sudut pandang kesehatan, jika kualitas pelayanan kesehatan
tidak terpenuhi maka akan menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat
terutama para lansia yang sangat rentan dengan berbagai penyakit. Sehingga
banyak penduduk usia lanjut yang sengaja mengasingkan diri akibat mereka ketidakberdayaan
mereka. Pandangan negatif tentang keberadaan lansia perlu diubah karena pada
dasarnya banyak penduduk lansia masih tetap produktif seperti para profesor
yang banyak terdapat pada usia lanjut. Kehadiran penduduk lansia akan membawa
dampak yang baik bagi negara apabila mereka berada dalam kesehatan yang baik, dapat
berperan aktif serta produktif sehingga mereka dapat memberi sumbangsih terhadap
perekonomian negara.
Upaya
yang dilakukan agar peningkatan penduduk lansia membawa dampak yang positif
yaitu meningkatkan pelayanan dan kesehatan umum penduduk lanjut usia seperti
penyediaan tenaga medis yang mendatangi rumah – rumah para lansia agar
pelayanan dapat tersebar ke semua pelosok daerah. Pengadaan infrastruktur bagi
penduduk lanjut usia seperti taman lansia yang asri dan nyaman yang digunakan
dalam mendukung aktivitas agar penduduk lansia tetap produktif seperti
berolahraga serta interaksi sosial. Melakukan pemberdayaan para lansia bagi
mereka yang masih berpotensi dengan meningkatkan pengetahuan serta mengadakan
pelatihan dan keterampilan bagi lansia yang memiliki pendidikan yang rendah
agar pengangguran penduduk lansia akan berkurang juga memberi kemudahan dalam
pelayanan kesempatan kerja agar penduduk lansia dapat berperan aktif dalam
bidang ekonomi.
Secara
umum kondisi penduduk lansia berbeda dengan penduduk yang lain sehingga perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang khusus. Upaya penyelasaian masalah
tentang penduduk usia lanjut harus menjadi pertimbangan agar tidak menjadi
kendala dalam pembangunan negara. Meskipun peran mereka akan berbeda dengan
penduduk usia lain, jika penduduk usia lanjut yang memiliki keahlian dan
keterampilan tetap dipertahankan sehingga dapat menjadi salah satu modal
pembanguan bagi bangsa. Jika kondisi ini dapat terealisasikan dengan baik, maka
pandangan bahwa kebutuhan penduduk lansia bergantung pada bagian kelompok usia
yang lain akan dapat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
1. BPS.
2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035. Jakarta.
2. Komisi
Nasional Lanjut Usia. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta : Komnas
Nasional Lanjut Usia ; 2010
3. United
Nations Development Programme. 1995. Human Development Report 1995. New York :
Oxford University Press