Ekosistem Terumbu Karang
Studi Kasus Teluk Tomini
Salah satu ekosistem laut yang terbentuk
dari biota penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur
adalah terumbu karang. Ekosistem ini hidup bersama dengan biota lain yang hidup
di dasar laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis dengan kekayaan
biodiversitasnya serta produktivitas tinggi sehingga terumbu karang memiliki
peran yang sangat penting di lautan. Secara ekologis, terumbu karang sebuah tempat
organisme hewan ataupun tumbuhan yang mencari makan dan tempat berlindung.
Tetapi secara fisik dapat didefinisikan bahwa terumbu karang dapat menjadi
pelindung pantai serta kehidupan ekosistem perairan dangkal dari abrasi laut
(Suryanti, 2011).
Indonesia merupakan sebuah negara
kepulauan yang memiliki garis pantai dengan panjang 81.000 km serta ekosistem
terumbu karang yang kurang lebih seluas 50.000 km2. Hal ini
menyebabkan Indonesia memiliki berbagai macam potensi kekayaan sumber daya
terutama dari kelautan. Salah satu lokasi yang memiliki kekayaan laut berupa
terumbu karang di Indonesia adalah Teluk Tomini. Menurut data Dinas Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan bahwa teluk tomini
merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6
juta hektar. Aset sumberdaya pesisir dan laut yang terletak di Teluk Tomini
merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) dan
Taman Nasional Laut Kepulauan Togean yang dikenal sebagai The Heart of Coral
Triangle.
Teluk Tomini merupakan perairan laut
terbesar yang dilewati oleh garis khatulistiwa serta tergolong ke dalam
perairan semi tertutup (semi enclosed). Terletak pada koordinat 1º15'
lintang utara hingga 1º23' lintang selatan dan 120º15' hingga 125º15' bujur
timur. Di bagian tengah pada koordinat 0º8'21'' – 0º45'12'' lintang selatan dan
121º33'21'' - 122º23'36'' bujur timur. Teluk Tomini memiliki luas wilayah
sekitar 59.500 km2 yang secara administratif berbatasan langsung
dengan tiga provinsi di Pulau Sulawesi yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah
dan Gorontalo. Kawasan ini mempunyai 14 kabupaten / kota serta 23 muara daerah
aliran sungai (DAS). Di tengah Teluk Tomini terdapat 56 rangkaian pulau – pulau
yang dikenal dengan Kepulauan Togean yang memiliki panjang hingga 90 km.
Terdapat 6 pulau yang tergolong sebagai pulau besar di wilayah ini yaitu
terdiri dari Pulau Togean, Una – Una, Batulada, Talatakoh, Waleakodi, dan
Waleabahi serta selebihnya merupakan pulau – pulau kecil. Terdapat banyak pulau
– pulau kecil yang menjadi kawasan wisata karena keindahannya sehingga banyak
dikunjungi oleh para wisatawan baik penduduk lokal maupun internasional.
Kepulauan Togean di Teluk Tomini
menyimpan kekayaan hayati bawah laut yang sangat banyak. Tercatat ada 4 tipe
terumbu karang yang ada di wilayah perairan ini yaitu Karang Cincin (Atol),
Karang Tompoh (Patch Reef), Karang Tepi (Fringing Reef) serta
Karang Penghalang (Barrier Reef). Sekitar 262 spesies terumbu karang
dari 19 famili tersebar di perairan ini yang menjadi spesies endemik Kepulauan
Togean seperti Chromis spp, Abudefduf spp, Neoglyphidodon spp,
Plectroglyphidodon spp, Pomacentrus spp dan Stegastes spp. Berikut
kondisi terumbu karang yang ada di Teluk Tomini.
Sumber : http://www.gocelebes.com/
Terumbu karang yang berada di Teluk
Tomini dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan laut yaitu suhu permukaan
laut. Pada umumnya suhu permukaan di Teluk Tomini berkisar antara 27,5º–31,5ºC.
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa suhu permukaan laut yang ada di
Teluk Tomini termasuk kategori yang stabil karena umumnya suhu normal untuk
pertumbuhan biota laut berada pada 28º–38ºC. Selain itu adanya faktor
lingkungan dari aspek kejernihan air juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
terumbu karang. Adanya aktivitas rumah tangga seperti hotel, restoran dan
permukiman dapat menyebabkan terjadi pencemaran laut. Kegiatan tersebut
menghasilkan limbah domestik berupa detergen, sampah, plastik dan lainnya yang dapat
mempengaruhi kondisi terumbu karang di Teluk Tomini. Penumpukan limbah dapat
membuat kondisi perairan Teluk Tomini menjadi tidak jernih dan akan berdampak
secara langsung bagi ekosistem terumbu karang yang ada. Hal ini dikarenakan terumbu
karang memerlukan air laut yang bersih dari kotoran untuk hidup dan
membersihkan diri. Jika perairan kotor maka akan menghalangi cahaya bagi hewan
kecil yang berpengaruh dalam pembentukkan terumbu karang. Oleh karena itu
kejernihan air laut memiliki pengaruh yang besar dalam tumbuhnya ekosisitem
terumbu karang. Terdapat pula faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
terumbu karang yaitu salinitas. Tingkat salinitas di Teluk Tomini berkisar
antara 33,5–35,3 psu (practical salinity unit). Kawasan ini memiliki salinitas
minimum berkisar antara 33,6–33,8 psu yang mendominasi perairan sekitar ujung
teluk sebelah barat serta salinitas maksimum sekitar 34,15–34,5 psu yang dapat ditemukan
di perairan sebelah utara Kabupaten Banggai. Salinitas yang maksimum memberikan
penjelasan bahwa adanya indikasi penaikan massa air dalam menuju ke permukaan (upwelling)
di lahan yang memiliki nutrien besar serta ditandai dari tingginya kandungan
klorofil-a yang berfungsi sebagai indikator kesuburan perairan. Jika air laut
tercemar karena adanya konsentrasi bahan kimia yang terlarut dalam air maka
dapat menyebabkan kadar salinitas air laut menjadi berubah dan dapat mengakibatkan
kematian pada ekosistem terumbu karang.
Aktivitas masyarakat yang ada di sekitar
kawasan Teluk Tomini yang bermacam-macam dapat memberikan pengaruh bagi terumbu
karang yang ada. Dikutip dari Ekuatorial tahun 2015 bahwa setiap hari
para nelayan menggunakan alat tangkap ikan yang merusak lingkungan laut seperti
pengeboman. Hal tersebut mampu memproduksi rata – rata 70 kilogram ikan
per-trip serta nelayan yang menggunaan pukat dan kompresor sebagai alat bantu
dapat menghasilkan rata – rata 200 kilogram per-tripnya. Kondisi seperti ini
akan membuat jumlah ekosistem terumbu karang terutama di Teluk Tomini menjadi
berkurang dan dapat menyebabkan kelangkaan. Seperti yang diketahui bahwa terumbu
karang sebagai tempat tinggal biota laut bagi hewan kecil yang menjadi sumber
makanan untuk ikan – ikan besar. Jika ekosistem terumbu karang rusak maka akan
mengganggu jaringan makanan di laut sehingga mempengaruhi populasi ikan yang
ada. Terganggunya ekosistem terumbu karang tersebut dapat juga membuat para
nelayan mengalami penyusutan hasil tangkapan ikan yang mana hal tersebut
merupakan sumber penghasilan utama mereka. Selain itu di Teluk Tomini terdapat
jenis terumbu karang untuk melindungi pantai yaitu terumbu karang tepi dan
penghalang yang berfungsi dalam memecah gelombang laut yang alami. Jika jumlah
terumbu karang semakin sedikit maka tidak ada yang melindungi pantai dari
erosi, banjir pantai dan perusakan lainnya yang disebabkan oleh fenomena air
laut.
Melihat kondisi seperti itu maka perlu
adanya upaya–upaya yang nyata dalam menyelamatkan terumbu karang baik dari
pemerintah maupun masyarakat sehingga ekosistem terumbu karang dapat terjaga kelestariannya.
Adapun upaya yang dilakukan untuk meminimalisirkan dampak tersebut (1) melakukan
penegakkan hukum yang tegas bagi siapapun yang merusak bahkan memusnakan
ekosistem terumbu karang. Hal tersebut sebagai upaya preventif dalam mengatasi
jumlah ekosistem terumbu karang yang semakin berkurang. Salah satunya yaitu
dengan memasang papan informasi mengenai peraturan terkait ekosistem pesisir. (2)
Program pemberdayaan masyarakat yang peduli ekosistem pesisir terutama terumbu
karang dengan melakukan sosialisasi terkait pentingnya menjaga ekosistem
pesisir yang berkelanjutan sehingga dapat tidak hanya dapat dimanfaatkan di
masa sekarang tetapi juga di waktu mendatang. (3) Pemanfaatan sumberdaya alam
yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya pesisir lokal dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa merusak lingkungan sehingga antara
kesejahteraan ekonomi dan kondisi lingkungan pesisir dapat tetap terjaga. 4) Melibatkan
masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan pesisir yang ada di kawasan
tersebut sehingga masyarakat memiliki pemikiran bahwa keberadaan mereka sangat
penting dalam pelestarian ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu diharapkan
masyarakat dapat berperan serta dalam mendukung keberlanjutan lingkungan
pesisir di Teluk Tomini. Upaya yang dilakukan tersebut tidak akan berjalan
secara optimal jika tidak adanya kerjasama antar pihak – pihak yang ada karena
mencegah kerusakan terumbu karang lebih baik daripada memperbaiki kerusakannya
kerana terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama untuk kembali ke
semula.
DAFTAR PUSTAKA
Suryanti, Supriharyono, Willy Indrawan.
2011. Kondisi Terumbu Karang Dengan Indikator Ikan Chaetodontidae di Pulau
Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi
Marina.
Suwarso, Herlisman, Wudianto. 2005.
Karateristik Fisik Massa Air Perairan Teluk Tomini. Pusat Perikanan Laut :
Jakarta.
Suwarso, B.Sadhotomo, Wudianto. 2007.
Perkembangan Perikanan Pelagis Kecil di Teluk Tomini : Suatu Pendekatan ke Arah
Managemen yang Bertanggunjawab. Pusat Perikanan Laut : Jakarta.
Amazing Indonesia. (n.d). The Coral Triangle
Kepulauan Togean. Diperoleh dari Go Celebes
Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (n.d). Data Kawasan Konservasi. Diperoleh
dari Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
Fattah, Hasdy. (2014). Teluk Tomini Satu
Diantara Teluk Terbesar di Indonesia. Diperoleh dari Berita Utama Totabuan.co
Paino, Christopel. (2015). 3000 Orang di Lemito
Terancam Kalau Terumbu Karang Teluk Tomini Rusak. Diperoleh dari Ekuatorial ;
Environmental News Syndication
Ppesumapapua. (n.d). Mengenal Teluk Tomini.
Diperoleh dari Pusat Pengelolaan Ekoregion SumaPapua